Kincir Air Di Minangkabau Dan Originalitasnya

kincir-air-di-minangel

Kamis, tanggal 23 Juli 1818, danau Singkarak tampak tenang dan damai. Airnya dimanfaatkan untuk kepentingan penduduk. Sekitar 50 yard (kurang lebih 45 meter) dari hulu sungai (Batang) Kuantan, kincir air yang kokoh digunakan untuk mengairi sawah didekatnya. Kincir-kincir air ini bahan utamanya dari bamboo, dan memang dibuat untuk mengairi sawah.

Kincir air ini umum digunakan di Menangkabu (Minangkabau), dan dapat dianggap sebagai kemajuan dalam bercocok-tanam yang bahkan belum dicapai oleh Jawa, meskipun Jawa memiliki hubungan dengan Cina sejak lama. Mengingat bangsa Eropa maupun Cina belum pernah menginjakkan kaki di tanah Minangkabu dan selama berabad-abad penduduk pribumi Minangkabau tidak pernah berintegrasi dengan orang-orang asing, kincir-kincir air ini dapat dianggap sebagai penemuan asli orang pribumi Minangkabau. Seingat saya (Raffles), tidak pernah melihat kincir air sejenis ini di Jawa.

Sumber,

https://lizenhs.wordpress.com/2013/09/11/sir-t-s-raffles-di-peralaman-minangkabau-kincir-air-bercocoktanam-dan-penggilingan-tebu/

logominangelMinangel,

Artikel di atas, yang menginformasikan keberadaan kincir-air di Ranah Minangkabau berdasarkan kesaksian Raffles, benar-benar menjadi satu dari sekian bukti akan kemajuan dan keterampilan persukuan Minangkabau khususnya dalam hal teknologi.

Dalam tulisannya, bahkan Raffles menegaskan bahwa kincir-air yang ia lihat di Ranah Minangkabau benar-benar merupakan karya original persukuan Minangkabau, jadi bukan hasil dari adaptasi atau meniru-niru dari bangsa lain. Hal ini jelas menunjukkan kemurnian persukuan Minangkabau dalam hal kincir-air. Intinya, dari sekian banyak persukuan di Nusantara bahkan di Asia Tenggara, ternyata hanya masyarakat persukuan Minangkabau sajalah yang menemui akalnya untuk membangun kincir-air yang memanfaatkan tenaga air yang tiada habis-habisnya.

Sebagai perbandingan, kincir-air merupakan kelumrahan di Negara-negara Eropa khususnya Belanda. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa masyarakat persukuan Minangkabau, pada beberapa level, mempunyai alur pemikiran dan citarasa yang kurang lebih sama dengan masyarakat Eropa?

Pada akhirnya, marilah kita berharap semoga kincir-air yang merupakan karya asli masyarakat persukuan Minangkabau, dapat lebih diberdayagunakan untuk kemaslahatan umat. Amin.

Leave a comment